SHARE

Kepala Dinkes Kepri Muhamad Bisri (istimewa)

CARAPANDANG.COM – Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau, menyatakan rumah sakit yang dikelola orang pemerinyah daerah saat ini kekurangan tempat tidur dan peralatan medis di ruang ICU untuk pasien COVID-19.

Kepala Dinkes Kepri Muhamad Bisri di Tanjungpinang, Senin (26/7/2021), mengatakan, tempat tidur di ruang khusus yang disediakan rumah sakit untuk merawat pasien dengan keadaan yang membutuhkan pengawasan ketat atau ICU perlu diperbanyak untuk meningkatkan pelayanan terhadap pasien COVID-19.

Jumlah tempat tidur di ruang ICU minimal 10 persen dari kamar tidur di ruang inap lainnya. Saat ini, kata dia jumlah tempat tidur di ruang ICU belum mencapai 10 persen sehingga perlu ditambah.

"Kita butuh penambahan tempat tidur dan peralatan medis yang dibutuhkan di ruang ICU. Ini kebutuhan mendesak," ujarnya.

Bisri menuturkan pihaknya sudah mengusulkan agar kebutuhan itu terealisasi segera. Namun saat ini, menurut dia ketersediaan anggaran daerah menjadi kendala.

"Kami masih terus memperjuangkan ini agar terealisasi," ucapnya.

Di Rumah Sakit Umum Daerah Raja Ahmad Thabib (RSUP Kepri) terdapat 90 unit tempat tidur untuk pasien COVID-19, dan 110 unit untuk pasien penyakit lainnya.

Berdasarkan data Satgas Penanganan COVID-19 Kepri pada 25 Juli 2021, jumlah kasus aktif di Kepri mencapai 7.046 orang, tersebar di Batam 3.220 orang, Tanjungpinang 1.951 orang, Bintan 624 orang, Karimun 323 orang, Anambas 205 orang, Lingga 188 orang, dan Natuna 535 orang.

Berdasarkan data Antara, sejumlah rumah sakit tidak memiliki ruang ICU khusus untuk menangani pasien COVID-19.

Wakil Direktur RSUP Kepri Sandri mengatakan kapasitas ICU di RSUP Kepri dapat melayani 10 orang pasien COVID-19.

"Untuk menyiapkan ICU pasien COVID-19 memang tidak mudah, karena membutuhkan alat seperti ventilator atau HFNC, dan tenaga yang terlatih," katanya.

Anggota DPRD Kepri, Rudy Chua berharap jumlah tenaga kesehatan juga ditambah agar seluruh pasien COVID-19 dilayani secara maksimal.

"Banyak pasien yang melakukan isolasi mandiri meninggal dunia sehingga kita membutuhkan tenaga kesehatan untuk mengawasi dan melayani pasien COVID-19 secara maksimal, baik yang dirawat maupun pasien melakukan isolasi mandiri dan karantina terpadu," katanya.