SHARE

Istimewa

CARAPANDANG -  Para peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak menguji potensi ekstrak bawang hitam tunggal untuk menghambat pertumbuhan patogen penyebab jerawat yakni Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus, dan Staphyllococcus epidermidis.

Ketua peneliti dr. Ambar Rialita, Sp.KK., FINSDV., FAADV dalam pengumuman tim pemenang program “Hair and Skin Research Grant 2022" di Jakarta, Selasa, mengatakan bawang hitam diketahui mengandung senyawa aktif antibakteri yang lebih tinggi dibanding bawang putih segar.

Senyawa aktif ini yakni allicin dan S-allyl cysteine (SAC) yang diketahui memiliki sifat antibakteri, untuk melawan bakteri berdinding sel tebal (bakteri Gram positif) maupun bakteri dengan dinding sel yang lebih tipis (Gram negatif).

"Karena allicin memang karena proses fermentasi akan berkurang. Tetapi meningkat semua kandungan yang ada di bawang hitam itu, termasuk SAC sehingga fungsi dari SAC membantu penyerapan dari allicin. Otomatis kalau penyerapan banyak, efek antibakteri juga lebih optimal," kata Ambar.

Dia mengatakan, pembuatan bawang hitam dilakukan dengan menginkubasi bawang putih siung tunggal pada suhu 70 derajat Celcius dengan kelembapan 80-90 persen selama 21 hari.

"Kita in-vitro dulu bukan ke manusia atau hewan, masih laboratorium. Setelah kita lakukan fermentasi menjadi bawang hitam kemudian akan kita lakukan ekstraksi," kata Ambar.

Jerawat merupakan salah satu permasalahan pada kulit yang paling banyak terjadi, paling banyak dialami oleh perempuan maupun laki-laki. Pengobatan untuk mengontrol gejala dan tingkat keparahan jerawat terbilang tidak mudah karena resistensinya terhadap antibakteri, seperti antibiotik dari golongan linkosamide.

Halaman :
Tags
SHARE