SHARE

Sejarah Istana Alwatzikoebillah Di Sambas, Kalimantan Barat

CARAPANDANG.COM –  Istana Alwatzikoebillah yang merupakan bukti sejarah hadirnya Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, satu diantara destinasi wisata yang wajib dikunjungi ketika ke daerah berbatasan langsung dengan negara Sarawak, Malaysia tersebut.

Dimomen liburan panjang wisatawan baik lokal dari Sambas maupun di luar itu selalu ramai berkunjang.

Sementara itu, Ketua Generasi Pesona Indonesia (Genpi) Sambas, Dina Herewina mengemukakan bahwa letak Istana Alwatzikhoebillah tepat berada di Kota Sambas atau di persimpangan "muare ula'kan" Sungai Sambas di Desa Dalam Kaum, menjadi daya tarik tersendiri.

"Istana Alwatzikhoebillah selain menjadi obyek wisata sejarah juga sekaligus obyek wisata religi karena peradaban Islam tidak terlepas dari pengaruh kerajaan tersebut," tambah dia.

Ia menyebutkan bahwa setiap orang yang ke Sambas, sebagian besar selalu menyempatkan diri ke Istana Alwatzikhoebillah.

"Kembali, dengan lokasinya di pusat kota dan dengan bangunan istana dan komplek masjid raja yang masih asli menjadi daya tarik menarik untuk dikunjungi masyarakat," lanjut dia.

Untuk memasuki Istana Alwatzikoebillah Sambas wisatawan harus melalui dua gapura, yaitu gapura pembatas antara alun-alun dengan jalan raya dan gapura pembatas antara alun-alun dan istana.

Istana memiliki alun alun yang luas dan di gapura untuk menuju istana terdapat tiang bendera. Tiang bendera tersebut seperti tiang kapal yang dikelilingi oleh tiga buah meriam dan disangga oleh empat tiang. Dari berbagai sumber berikut makna filosofis dari benda-benda tersebut:

Tiga meriam melambangkan tiga buah sungai yang terdapat di sekitar istana yang harus selalu dijaga.

Meriam-meriam tersebut adalah pemberian dari tentara Inggris pada tahun 1813 yang salah satunya diberi nama Si Gantar Alam.

Di area ini pula, salah satu pahlawan Sambas, Tabrani Ahmad, gugur ditembak peluru tentara Belanda saat mempertahankan merah putih.

Empat tiang penyangga, melambangkan empat menteri sebagai pembantu sultan yang disebut wazir.

Dua tiang penyangga pada sisi kiri dan kanan tiang, melambangkan bahwa dalam menjalankan roda pemerintahannya sultan selalu didampingi oleh ulama dan khatib.