Menurutnya, bangsa Indonesia harus menghindari dua ekstrem: kehilangan nilai karena mengejar kemajuan, atau stagnan karena hanya menjaga tradisi.
“Perpaduan antara kemajuan dan nilai adalah kepentingan bersama agar kita bisa sejajar dengan bangsa-bangsa lain,” katanya.
Selain itu, katanya, karena lemahnya penghayatan akan nilai perjuangan, tidak sedikit generasi elit bangsa saat ini saling berebut pengaruh dan kuasa.
Dia menilai, kekuasaan berlebih yang minim penghayatan nilai Pancasila, agama, dan kebudayaan bangsa dapat membuat retak kehidupan karena politik saling rebut kuasa itu.
“Jadi, tidak heran bila sekarang ada gejala, banyak orang berebut menjadi penentu kehidupan, tidak banyak berebut menjadi pemersatu kehidupan,” katanya.