CARAPANDANG - Oleh: Mujamin Jassin, Ketua Bidang Kominfo DPP KNPI
Rumah-rumah dinding kayu yang beratapkan genteng dan ijuk bertebaran dalam jarak ratusan langkah jauhnya. Wajar saja desiran udara pagi ini gemericiknya dingin menusuk. Desa yang sangat rimbun dan hijau pepohonan, rasanya sebentar lagi matahari akan segera sapa hangatkan semesta bumi, kabut tipis pun mulai mendekat, lebih dekat.
Pagi ini tampak gembira dari biasanya, seorang gadis cantik jelita sendirian bermain di taman bunga depan pura dekat Istana. Pesonanya bagai mutiara yang sempurna, tidak mampu disembunyikan dengan ditutup lilitan selembar selendang sutra di tubuhnya.
Gadis desa pecinta bunga ini adalah Dewi Kendari, nama yang aku rangkai dari saripati sansekerta terkemuka, begitu bening matanya. Rambut hitamnya yang terurai, dagu dan hidungnya yang bangir seperti baru saja dirias langsung oleh para-para Dewi kecantikan. Pesonanya menjadi buah bibir para pemuda Desa, ketika mata beningnya itu memandang, maka hati (yang normal) pasti akan lunglai bertekuk lutut dan tak berdaya, Really?
Hembusan angin membuat setangkai bunga menari dan tak sengaja menggoda betisnya sehingga ia merasa geli. Tiba-tiba raut Dewi Kendari menggelegar galak, tiga butir keringat memercik di keningnya membuat tapuk matanya terbuka seperti menantang tatapan tajam laksana panah Ksatria.