SHARE

Istimewa

CARAPANDANG - Selain produk furnitur dari kayu, ternyata produk furnitur dari rotan juga merupakan salah satu produk potensial yang diminati di pasar Kanada. Data statistik Kanada menunjukkan, pada 2021 nilai impor Kanada secara global untuk produk furnitur rotan sebesar CA$35,6 juta, dengan pertumbuhan sebesar 48.2% dibandingkan impor 2020, yang hanya sebesar CA$18,44 juta.

Yang tak kalah menarik, laporan KJRI Vancouver, Kanada, menyebutkan Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai eksportir produk furnitur rotan ke Kanada pada 2021 dengan nilai ekspor sebesar CA$624 ribu. Selain itu, di tahun yang sama, nilai ekspor Indonesia ke Provinsi British Columbia mencapai sebesar CA$108,57 ribu, sedangkan ke Provinsi Alberta baru sebesar CA$11,5 ribu. Di lain sisi, hingga saat ini belum tercatat ekspor produk furnitur rotan ke Yukon dan Northwest Territories dari negara mana pun.

Total nilai impor Kanada secara global untuk produk furnitur rotan mencapai sebesar CA$35,6 juta. Melihat fakta semacam itu, Kemenlu menyimpulkan, potensi ekspor produk olahan berbahan baku rotan asal Indonesia bisa berkembang lebih besar. Pesaing terdekatnya adalah furnitur rotan asal Asia Tenggara lainnya, yakni dari Vietnam dan Filipina.
 

Potensi Rotan

Potensi besar industri furnitur dan mebel berbahan baku rotan Indonesia masuk dalam radar pengembangan Kementerian Perindustrian, beriringan dengan furnitur berbahan baku lain. Hal itu didukung ketersediaan bahan baku yang melimpah, di antaranya, beragam jenis kayu yang meliputi kayu meranti, jati, mahoni, dan akasia.

Pemerintah berupaya melakukan hilirisasi atau peningkatan nilai tambah sumber daya alam tersebut terus dipacu untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Terlebih untuk rotan, di mana Indonesia merupakan sumber dari 80 persen rotan dunia. “Indonesia juga memiliki potensi bambu yang memiliki peluang besar untuk dikembangkan produk-produk hilirnya. Apalagi, nilai ekspor produk furnitur kita pada 2022 mencapai USD2,5 miliar,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika di Jakarta, Selasa (23/1/2024).

Namun, angka ekspor produk mebel di 2023 mengalami penurunan. Merujuk data Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), ekspor mebel per september 2023 hanya mencapai USD1,29 miliar, turun dari 2021 yang tercatat USD1,86 miliar atau turun 30 persen YoY. Sementara itu, untuk kerajinan 2023 tercatat USD513 juta atau menurun 21 persen dari tahun lalu yang mencapai USD647 juta.

Meski melandai, Indonesia tetap di posisi atas, terutama untuk mebel berbahan baku rotan. Ini karena alam Indonesia yang sangat cocok bagi tumbuhnya tanaman sejenis tanaman palem yang merambat ini. Rotan di hutan Indonesia, bisa tumbuh dengan panjang mencapai 100 meter lebih. Di alam Indonesia, terdapat 8 marga rotan, dengan kurang lebih 306 jenis yang 51 jenis di antaranya telah dimanfaatkan.

Beberapa daerah penghasil rotan di Indonesia berada di Pulau Kalimantan, Sumatra, Jawa, Sulawesi, dan Papua. Sejauh ini rotan memiliki nilai jual tinggi terutama untuk kegiatan ekspor. Dengan potensi yang ada, Indonesia mampu menyediakan sekitar 80 persen kebutuhan rotan dunia.

Dalam buku Rotan Kekayaan Belantara Indonesia karya Profesor Dr Ir Djamal Sanusi, Indonesia dikenal sebagai penghasil rotan terbesar di dunia. Demi mendapatkan nilai tambah lebih, pemerintah melarang ekspor rotan mentah dan setengah jadi. dilansir indonesia.go.id

Halaman :
Tags
SHARE