SHARE

istimewa

CARAPANDANG - Tangan-tangan itu dengan cekatan memilah dan memilih sampah yang mengalir di atas sabuk berjalan (conveyor belt) selebar 70 sentimeter untuk memisahkan antara plastik, kain, dan organik. Kedua tangan terbungkus sarung warna hitam itu seolah berlomba mengambil sampah sebelum menuju ke mesin pencacah.

Mereka adalah belasan petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jakarta berseragam oranye dan bermasker yang penuh konsentrasi untuk menyingkap dan mencari sampah yang tidak sesuai dengan ketentuan. Sampah organik harus dipisahkan dengan sampah plastik agar memudahkan kerja mesin pencacah. Suara mesin sabuk berjalan memenuhi seisi ruangan bertembok yang bagian atasnya dibiarkan terbuka dan hanya dibatasi oleh teralis besar.

Itulah suasana yang terlihat di sebuah tempat pengolahan sampah (TPS) di kawasan Kelurahan Pejaten Barat, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Tak seperti TPS konvensional yang penuh dengan tumpukan sampah menggunung dan terkadang menimbulkan bau tak sedap. TPS di Pejaten Barat ini berkonsep kurangi, pakai kembali, dan daur ulang (reduce, reuse and recycle/3R).

Tidak ada bau menyengat khas sampah menyeruak dari TPS berkonsep 3R ini yang berdiri di atas lahan seluas 600 meter persegi. Keberadaan TPS 3R modern di Jakarta Selatan ini sebagai upaya pemerintah daerah untuk mengurangi sampah yang dikirim ke TPS Terpadu Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat.

TPS 3R Siaga, nama resminya karena berada di Jalan Siaga, Pejaten Barat ini merupakan miniatur dari fasilitas serupa berkonsep Pembangkit Refuse Derived Fuel (RDF) di Bantargebang. Setiap sampah rumah tangga yang masuk ke TPS 3R akan dipilah dan diolah. Khusus untuk sampah kering, nantinya dijadikan bahan bakar alternatif industri manufaktur.

Kegiatan ini sebagai upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dalam menekan dampak sampah agar tidak menjadi bahaya di kemudian hari akibat tidak tertampung di tempat pembuangan akhir. Kapasitas pengolahan sampah di TPS 3R mencapai 50 ton per hari.

“Ini merupakan salah satu program unggulan dari Pemprov DKI yang akan diduplikasikan di setiap kecamatan. Sehingga sampah di Jakarta langsung bisa diolah di dalam kota. TPS 3R ini bisa memproses sampah sebanyak 50 ton per hari,” ujar Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono pada Jumat (16/2/2024).

Menurut Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Selatan, Mohamad Amin, produksi sampah rumah tangga dari 10 kecamatan di wilayah tersebut dalam sehari dapat mencapai 1.559 ton atau jika dirata-rata adalah sebanyak 155,9 ton. Khusus untuk Kecamatan Pasar Minggu bisa menyentuh angka 220 ton per hari. "Kalau ada 50 ton sampah bisa diolah di TPS 3R Siaga, maka yang dibuang ke Bantargebang berkurang menjadi 170 ton karena sudah direduksi di sini," kata Amin.

Ia mengakui, kendati sudah dibantu dengan kehadiran 2.589 unit bank sampah di hampir semua RW di Jakarta, namun masih belum menyelesaikan masalah penanganan sampah di ibu kota yang jumlahnya mencapai 7.500 ton per hari. "Setidaknya sudah mengurangi kiriman sampah ke TPST. Karena dengan program bank sampah, masyarakat dapat menukarkan sampah seperti botol plastik, kardus, kertas, dan lainnya menjadi bernilai rupiah," ungkap Amin. dilansir indonesia.go.id

Halaman :
Tags
SHARE