SHARE

istimewa

Target WWF

World Water Forum pertama kali digelar di Marrakech, Moroko pada 1997. Dalam pertemuan pertama tersebut ditetapkan sebuah dewan yang bertanggung jawab dalam persoalan air dunia. The World Water Council (WWC)  menerima mandat untuk mengembangkan Visi Air Dunia untuk Kehidupan Lebih Baik dalam abad ke-21.

Setelah pertemuan di Maroko, Konferensi Air Dunia digelar setiap tiga tahun sekali dengan lokasi yang berbeda. Beragam isu dibahas dan disepakati dari mulai soal keamanan pasokan air dunia sampai bencana yang disebabkan oleh air.

Indonesia kemudian terpilih sebagai tuan rumah World Water Forum ke-10 dalam Sidang Umum World Water Council pada 19 Maret 2022. Selanjutnya, pertemuan puncak WWF akan digelar di Bali pada 18--24 Mei 2024.  Kick off Meeting WWF ke-10 telah dilaksanakan pada 15--16 Februari 2023. Dalam gelaran itu, Indonesia mengangkat tema ‘Water for Shared Prosperity’, sebagai bentuk atas tantangan respons global terhadap ketahanan air serta potensi kerusakan akibat meningkatnya jumlah populasi dan perubahan iklim.

Pemerintah menargetkan ada 30 ribu peserta yang hadir. Presiden juga akan mengundang 33 kepala negara, 190 menteri, 180 negara, 250 organisasi internasional. Sebagian besar negara yang diundang merupakan anggota World Water Council. Selain itu, ada juga negara yang punya kerja sama di bidang air dengan Indonesia. Kemudian negara yang sering mengangkat isu air. Terakhir,  negara yang masuk dalam Archipelagic and Island States (AIS).

Beberapa negara sudah menyampaikan komitmennya untuk datang. Sementara itu, negara-negara yang terlibat dalam rangkaian road to WWF seperti Tiongkok, UEA, Jepang, dan Korea kemungkinan besar akan hadir.  

Ada tiga komponen forum pembahasan dalam WWF di Bali. Pertama, yakni pembahasan program tematik. Di sini ada enam subtema pembahasan, di antaranya menyangkut air untuk manusia dan alam; mitigasi dan manajemen risiko bencana; keamanan air dan kesejahteraan; inovasi pendanaan ketahanan air; teknologi dan ilmu pengetahuan serta kerja sama tata kelola hidro diplomasi.      

Forum kedua, yakni menyangkut regional program. Forum ini akan memberikan perspektif tentang air dari semua region. Dari proses tematik dan regional lalu akan dilanjutkan dalam forum political process yang melibatkan kepala negara, parlemen, menteri, dan otoritas lokal. Seluruh proses tersebut akan menghasilkan output tertinggi yakni ministerial declaration yang diharapkan dapat dihasikan dalam WWF ke-10 tersebut.

Menurut keterangan Kemenko Marinves, ada tiga poin yang diusulkan Indonesia agar bisa disepakati. Pertama, menyangkut pembiayaan air untuk mitigasi perubahan iklim serta bencana, terutama di negara-negara kepulauan yang terancam tenggelam akibat kenaikan permukaan laut. Pembiayaan sangatlah penting karena tanggung jawab untuk ketahanan air tidak hanya berada di tangan pemerintah, melainkan juga pihak swasta. Perlu ada kolaborasi global untuk mengatasi tantangan tersebut. 

Saat memberi sambutan dalam acara Workshop Sustainable Water Finance,  Senin (5/2/2024), seperti disimak GPR News, Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Mohammad Fatah mengatakan, pembentukan Global Water Fund tidak bisa berdiri sendiri.

Perlu didiskusikan dalam lima subtema lainnya dan didukung oleh proses politik regional. Bagaimanapun isu Global Water Fund, kata ia, terkait dengan pertumbuhan populasi dunia, pemulihan, resiliensi, dan adopsi terkait iklim negara berkembang.

Poin kedua yang diusulkan yakni pembentukan Center of Excellence on Water and Climate Resilience, dan ketiga penetapan Hari Danau Sedunia. Presiden World Water Council Louic Fauchon memiliki harapan besar pada Bali World Water Forum dapat mengubah arah sejarah air dan menulisnya untuk masa depan demi mencapai kemakmuran bersama.

Tonggak pertama pun telah ditetapkan tim gabungan dari Indonesia dan WWC. "Mereka menyandarkan pada tiga kata kunci, pengetahuan, finansial, dan tata kelola," katanya dalam sambutan pembukaan Kick of Meeting WWF di Jakarta pada 2023. 

Fauchon lalu menggambarkan bagaimana pertumbuhan populasi dunia yang secara konstan memakan lahan dan memicu kelangkaan air. Pertumbuhan populasi, lanjutnya, mendorong persoalan iklim, perubahan temperatur, peningkatan cuaca ekstrem hingga kenaikan suhu dan permukaan air laut. Di berbagai belahan dunia, air dapat marah dan mengeluarkan sisi terburuknya. Bencana air dapat menghancurkan apa saja dan menyebarkan teror serta kematian. 

Di beberapa tempat, air justru menghilang. Banyak juga kasus, saat air masih tersedia bagi aktivitas manusia, tapi justru telah terpapar polusi, dan terkadang beracun sehingga memicu epidemi dan penyakit. "Kami di sini di Indonesia, hari ini dan besok, karena kita punya perhatian, kekhawatiran tentang situasi air di dunia," ujar Fauchon.

Halaman :
Tags
SHARE